Jalan-jalan ke Manila (Part 1)

Mabuhay, Manila!


Perjalanan dimulai pada tanggal 13 September 2014.
Saya dan Tante Nona berkesempatan untuk mengunjungi Manila untuk pertama kalinya sebelum bertolak ke Osaka keesokan harinya. Saya menggunakan maskapai Cebu Pasific Air dengan rute Jakarta-Manila-Osaka-Manila-Jakarta yang saya dapatkan dengan harga promo sekitar 4juta all in.
Welcome to Manila! Ninoy Aquino International Airport.

Pesawat berangkat dari Jakarta pada pukul 00:30 wib dan tiba di Manila pada pukul 6:00 waktu setempat. Perbedaan waktu Jakarta dan Manila adalah 1jam lebih cepat.

Hal pertama yang ingin kami lakukan ketika sampai di Manila pagi itu adalah tidur! hehe. Mata masih berat dan badan pegel karna seminggu belakangan begadang terus. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju hotel supaya bisa istirahat. Karena tidak ada persiapan di Manila, informasi yang kami punya pun sangat minim. Sebenarnya kami ingin mencoba naik Jeepney (angkutan umum khas Manila yang bentuknya unik), tapi daripada kesasar karena nyawa belum 100%, kami memutuskan untuk naik taxi. Untung saya ingat kalau naik taxi dari bandara pakai yang taxi meteran/argo untuk mengindari scam (keluar dari arrival gate, belok kanan, ada panah taxi, cari taxi yang berwarna kuning -taxi bandara-).

Tujuan pertama adalah Tune hotel Makati (harga per malam Rp 373.700 yang sebelumnya sudah saya beli di Jakarta lewat www.agoda.com). Taxi di Manila kurang lebih harganya seperti taxi Jakarta. Dari bandara ke Makati kami membayar 300 peso (termasuk uang tol sebesar 20 peso) atau sekitar 85.500. Sesampainya di hotel ternyata kami belum bisa early check in (note: dikenakan tambahan biaya 300 peso untuk early check in) karena belum ada ruangan. Mau tidak mau kami harus memaksakan badan dan mata untuk tetap melek beberapa jam kedepan. Akhirnya kami menitipkan tas pada resepsionis dan memutuskan untuk mencari sarapan di Jolibee terdekat (yang konon katanya murah dan enak, wajib dikunjungi jika berkunjung ke Manila).

Dateng kepagian belum bisa check-in.


Abaikan penampilannya. Grilled Pork Tenders Meal. Rasanya sih ya lumayanlah but not recommend.

Manggo Peach Pie. Enak.

Menu Favorit di Jolibee!! Chickenjoy with Spagetti Meal plus Ice Cream KitKat-nya juga enak.

Setelah makan, kami berjalan-jalan untuk membuang waktu dan mencoba naik Jeepney (tanpa tau tujuan karena belum sempat ber-wifi-ria. haha). Yang terlintas di ingatan saat itu adalah Intramuros. Setelah tanya-tanya akhirnya kami naik Jeepney dari Makati Avenue (ongkosnya 8 peso) ke statsiun LRT terdekat kemudian lanjut naik LRT (15 peso) turun di stasiun Central dan jalan kaki menuju Intramuros melewati terowongan bawah tanah.

Penampakan si Jeepney.
Keadaan jalan di Manila -lebih tepatnya sekitar Intramuros- kurang lebih sama seperti Pasar Senen di Jakarta, agak kumuh, banyak tuna wismanya dan.......bau pasar. Setelah berjalan kurang lebih 5 menit, sampai juga di Intramuros.

Daerah Intramuros sebenarnya adalah benteng pertahanan Manila. Tembok sepanjang 4,5 km berdiri mengelilingi area sekitar 64 hektar. Kata Intramuros yang berarti didalam dinding, oleh Raja Philip II dijadikan sebagai pusat politik, budaya, pendidikan, keagamaan hingga perdagangan Spanyol di wilayah timur. Untuk mendukung itu semua didirikanlah berbagai bangunan seperti gereja, gedung pemerintahan, benteng pertahanan, sekolah, istana hingga permukinan penduduk yang hingga kini masih berdiri dengan arsitektur yang indah, menawan, dan memiliki berbagai catatan sejarah yang menyertainya.Telah berkali-kali bangunan di kawasan kota tua Manila, Intramuros, hancur akibat dari peperangan, kebakaran, gempa bumi, dan ngina topan, hingga akhirnya tahun 1979 mulai dilakukan restorasi dan pembangunan kembali kawasan Intramuros, dan pada tahun 1987 hingga kini dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi di Kota Manila.


Intramuros gate.


Tricycle. Harusnya kita bisa muter2 intramuros pake ini, Bayar 100 peso untuk 30 menit. Cuma karna takut ditipu, lebih milih jalan kaki,hehe. (Saran: browsing2 dulu sebelum jalan2 ya.haha)


Karna cuaca di Manila saat itu mendung terus (kebetulan lagi musim hujan dan angin), kami memutuskan untuk tidak berlama-lama di Intramuros (batal ke Catedral juga). Darisana kami melanjutkan perjalanan menuju Mall of Asia -yang konon adalah mall terbesar di Asia- menggunakan taxi (128 peso). Ingat, cari taxi yang pakai argo kalo tidak mau dipatok harga mahal. Sampai di MOA, kami hanya muter2 mall dan berakhir di supermarket membeli jajanan dan sarapan untuk besok harinya. Tidak jauh dari kawasan MOA, ada juga Manila Bay, banyak resto-resto pinggir pantai seperti di Ancol. hehe. Akan tetapi, karena cuaca mendung kami tidak jadi mampir. Dari MOA, kami naik taxi lagi menuju hotel.


Mall Of Asia.
Setelah beristirahat di hotel beberapa jam, malamnya kami keluar untuk jalan-jalan lagi. Keluar dari hotel kami disambut hujan deras. Tidak mau rugi waktu,kami memutuskan untuk ke mall terdekat. Akhirnya kami pergi ke Landmark naik Jepneey jurusan Makati Loop. Kali ini jeepney yg kami naiki berAC, harganya pun berbeda, 12 peso per orang. Canggih juga.
Makati Avenue


Jeepney AC. Kosong melompong!
Sesampainya di Mall, hal pertama yang dilakukan adalah mencari makan! Di lantai bawah ada foodcourt. Setelah muter kebingungan mau makan apa, akhirnya jatuhlah pilihan pada menu paket nasi dan steak ayam. Rasanya sih biasa aja, yang penting kenyang deh. Yang khas dari Manila adalah ubi ungu atau taro. Jadi dimana-mana banyak sekali ditemukan makanan rasa ubee. Salah satu jajanan khas Manila adalah Halo-halo. Bentuknya seperti es campur, hanya saja dengan topping tambahan ice cream ubee. Rasanya enak dan segar. Wajib dicoba!


Halo-Halo.


Mall Landmark ternyata nyambung ke Mall Greenbelt (Mall-nya gede banget kayak Mall Kelapa Gading, ada 1-5 hahaha). Cuma berhubung belum napsu buat belanja-belinji, jadi kami cuma ngiter mall sebentar (ga bisa ke tamannya -Greenbelt Park- juga karna hujan dan sudah gelap).
Greenbelt Park -sumber:Google-

Jam 8 malam kami memutuskan untuk pulang. Kalau mau naik Jeepney, harus antri dulu dari sebrang Greenbelt. Jadi kami memilih untuk naik taxi dari depan Greenbelt langsung menuju hotel. Nyari taxi juga ternyata lumayan susah, karena harus ditanya dulu mau atau tidak mengantar ke hotel dengan menyalakan argo. Akhirnya dapat juga taxi yang baik hati mau menyalakan argo-nya. Dari Greenbelt ke hotel sekitar 200 peso.
Sesampainya di hotel, kami langsung bablas tidur.haha. Ngecharge buat besok melanjutkan perjalanan ke Osaka.


Kesan selama 1 hari di Manila:

Sekilas kotanya tidak jauh berbeda dengan kota Bangkok. Makanan disana cukup murah. Namun, harus hati-hati untuk mencari makanan yang halal. Seperti di Jolibee, ada menu daging babi dan spageti-nya juga mengandung babi. Tapi tenang saja, beberapa restaurant menuliskan warning, apabila makanan mereka mengandung babi. hehe. Masalah bahasa juga tidak begitu sulit, mayoritas orang Manila menguasai bahasa Inggris. Perawakan orang Manila juga tidak jaduh berbeda dengan orang Indonesia. Untuk transport sebenarnya tidak masalah jika mau menggunakan taxi, harganya tidak jauh berbeda seperti taxi di Jakarta. Cobalah naik Jeepney -angkot yang unik- dan LRT di Manila, selain murah meriah, kita bisa mengamati orang Manila lebih dekat. 


See ya next time Manila!

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. gw mauu ke manilaaa cyuinnn hanaaa... where to goooo cyuinn??? --nindra--

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer